Menembus Batas (cerpen) The Second Part

Pagi pun tiba, Ita kembali beraktivitas seperti biasa, kekantor dan bekerja. Disela kerjanya, atasannya memanggil “Ita.. tolong ke ruangan saya sebentar” lalu jawab Ita “Iya bu”. Atasannya menyampaikan sebuah kabar “Bulan Februari besok, kamu akan dipindahkan ke kantor cabang dan akan menempati posisi sebagai asisten manager, selamat ya Ita” “Terimakasih banyak bu, sungguh ini kabar yang luar biasa dan tak terfikirkan oleh saya bahwa saya akan diberi kesempatan sebagai asisten manager, saya akan bekerja lebih giat dan lebih cerdas lagi bu” jawab Ita penuh semangat dan kegembiraan.
            Waktu yang dinanti akhirnya tiba, Ita sudah berada dikantor cabang yang baru, manager Ita sangat baik dan profesional, ia memperkenalkan Ita dengan rekan kerja yang lain, tidak perlu waktu lama bagi Ita untuk akrab dengan mereka, bahkan ada yang melirik – lirik Ita karena jatuh hati pada Ita. Sudah 2 minggu Ita bekerja di kantor cabang baru, kota baru, kontrakan baru. Teman-teman Ita berinisiatif liburan ke pantai tanggal 16 hari minggu.
Liburan pun tiba, Ita dan teman-temannya bersuka ria di pantai, canda tawa, main air, selfie bareng, humor bareng, telah melepas penat beban kerja dan masalah yang lain, dan tinggal rasa lapar yang belum diselesaikan. Setelah beres-beres, mereka mampir dulu kewarung. Sambil menunggu pesanan datang, Ita melihat-lihat pemandangan indah warung tersebut, dan ia teringat kembali dengan mantan kekasihnya, yang memiliki impian mendirikan usaha warung kecil-kecilan, sesaat, Ita merasa heran dan bertanya-tanya tentang sebuah foto yang terpasang di dinding warung tersebut, Ita bertanya kepada karyawan yang mengantarkan pesanan, “maaf, itu foto siapa ya?, “maaf mbak, saya kurang tahu, saya baru tadi pagi kerja disini” jawab karyawan tersebut. Makanan sudah datang dan tidak lama makanan telah tersantap habis, Ita yang membayar ke kasir, saat Ita selesai membayar dan akan balik badan menyusul teman-temannya, karyawan tadi bilang, “mbak, tadi tanya foto itu ya?
Tadi saya tanya teman saya, yang di foto itu pemilik warung ini, nah itu dia!” Ita segera menengok dan pecahlah seluruh kenangan yang coba dilupakan oleh Ita, Ita sangat yakin bahwa dia adalah mantan kekasihnya, Ita menyelesaikan pembayaran lalu berjalan pelan sambil menikmati pemandangan luar biasa, karena orang yang disayanginya ada didekatnya, Ita berjalan pelan, tanpa sadar air mata Ita menetes, Ita tak menghiraukan panggilan teman-temannya, Ita terus mendekat dan mendekat, Ita hampir dekat dan ia telah dibelakang mantan kekasihnya yang sedang sibuk menata properti di dalam mobilnya. “mas… ini aku, Ita, masih ingat aku? Tanya Ita sambil sesenggukkan, “Hei Ita, kamu ternyata, gimana kabarmu?” Ita tak mampu menjawab dan air mata terus berlinang, dihatinya hanya ingin memeluk erat padanya, “Ita, kenapa kamu menangis?” tanya mantan kekasihnya, Ita berfikir keras, haruskah ia mengutarakan isi hatinya - berkata aku rindu padamu, akhirnya dia mantapkan hatinya untuk berkata “mas….aku…ri…” belum sempat selesai bicara, dari kejauhan ada cewek yang sedang hamil memanggil mantan kekasihnya dan mendekat. “mas.. udah datang dari tadi ya? Tanya cewek itu dengan manjanya. Mantan kekasihnya menjawab mesra “udah sayang, kamu dan dedek bayi baik-baik saja kan?” disambungnya lagi “Ita, kenalin ini istriku” mendengar hal itu, rasanya bagai petir menyambar tubuh Ita, hatinya remuk remuk sangat remuk, air mata semakin deras mengalir namun Ita tak sanggup bicara apa – apa, tubuh terasa tak berdaya, jantung seakan berhenti berdetak, mata mulai berkunang – kunang dan Ita pun pingsan. Ita jatuh dan kepalanya terbentur keras dengan lantai. Semua jadi panik, dengan segera Ita dibawa kerumah sakit terdekat. Beberapa menit kemudian dokter yang memeriksa Ita memberikan keterangan bahwa kepala Ita mengalami beberapa kali benturan dan mengakibatkan cedera otak cukup serius. Teman – teman Ita, mantan kekasih Ita dan istrinya menunggunya, lambat laun Ita mulai membuka mata dan melihat teman – temannya serta disampingnya ada mantan kekasihnya, sambil terbata – bata Ita menyampaikan sesuatu kepada mantan kekasihnya, “mas.. aku ingin berkata jujur, sesungguhnya aku masih sayang padamu, 4 tahun kita lalui suka duka bersama, aku tak ingin kita berpisah, aku sangat menyayangimu, aku selalu menangis sejak perpisahan kita dulu, dimanapun dan kapanpun aku selalu teringat padamu, aku mencoba tegar namun aku tak bisa, hari – hari kulalui dengan sangat berat, aku tak punya semangat hidup, yang ada di fikiranku hanya kamu, mbak, maafkan aku telah berkata seperti ini pada suamimu, mas.. aku.. ri..” belum sempat ia melanjutkan, Ita sudah menghembuskan nafas terakhirnya.

THE END

The Writer: Supriyanto

*Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

SHARE THIS

Author:

Previous Post
Next Post